Just My Normal Day. eps 04. Keracunan Bakso

Senin, 09 September 2013

Keracunan Bakso

Jaman sekarang emang lagi populer - populer nya orang jualan bakso yang berukuran besar. atau sering dikenal dengan bakso jumbo.
Nah, didorong oleh rasa penasaran yang begitu membuncah dan gara - gara cuman sempat sarapan bubur, saya mencoba salah satu warung bakso di belakang UNS (kampus saya).

Jadi disitu itu menjual bakso yang kira - kira seukuran bola voli.
Awalnya sih waktu ngeliat display di gerobaknya kayaknya gak gedhe - gedhe amat, jadinya langsung pesen aja deh.
"Pak baksonya satu porsi, yang jumbo ya".
Nah, abang baksonya itu melihat dengan tatapan agak kurang percaya dan mengklarifikasi ulang. "yang jumbo mas ?".
"Iya pak".

Saya ke warung itu sendirian soalnya. Jadi bakso segitu gedhe mau gak mau saya sendiri yang harus menghabiskannya.
Dan nantinya saya akan sedikit menyesali keputusan saya ini. hahaha.


Setelah menunggu beberapa saat,,,,
TADA ,,,,,
baksosnya datang.

dan saya menyesal mengabaikan istilah "teliti sebelum membeli" yang sering diwejangkan oleh ibu saya. Jadi di meja saya, saya mendapatkan semangkok kuah dan sepiring bakso. LITERALLY.
Satu baksonya itu bener - bener seukuran piring makan gitu. ya seukuran bola voli.
Nah karena merujuk pada istilah "nasi sudah menjadi bubur" dan "barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan", maka akhirnya saya memakan sepiring bakso dan semangkuk kuahnya.

Dan untuk makan bakso segedhe itu bener - bener butuh perjuangan ternyata. Saya benar - benar merasakan tahap makanan antara "nikmatnya bakso", "kenyang", "eneg gara - gara bakso", "trauma liat bakso", dan "taubat nasuha karena telah khilaf".
Meski akhirnya habis juga sih.

Namun seperti kehidupan manusia yang selalu berputar, perjuangan belum berhenti di situ. Masih ada tahap kedua yang harus dilalui, yaitu,,,,
MEMBAYAR !!!!

Bagian ini agak harap - harap cemas bagi saya. Secara uang di dompet saya hanya 25.000. Melihat ukuran bakso itu saya jadi agak pesimis kalo uangnya cukup. Setelah memantapkan niat dan tidak lupa meminta maaf kepada ibu bapak, akhirnya saya memberanikan diri untuk membayar (daripada diciduk satpol PP gara2 kabur dari warung).

Dan bisa anda tebak harganya?????
10.000? jelas salah
20.000? Salah
25.000? masih salah
30.000? kurang tepat.
Yap! 35.000 saudara - saudara,,,,

Jadi bisa anda bayangkan bakso yang range harga rata - rata 8.000-10.000. Ini harganya 3x lipat harga rata - rata. Dan ini belinya di warung kaki lima yang sangat mengutamakan kuantitas. Ya bisa disimpulkan sendiri lah, porsi ini seharusnya untuk berapa orang.

Saya juga sempat khawatir apakah karena keserakahan saya ini bisa memunculkan suatu diagnosis penyakit baru berupa INTOKSIKASI BAKSO.
belum juga kekhawatiran itu bakso pake formalin ato enggak.
Ya udah lah, pasrah aja.

tapi sejauh ini fine - fine aja sih.

Just My Normal Day. eps 03. Maafkan Saya Ginjal

Jadi salah satu cobaan saya dalam bulan ramadhan ini adalah keharusan untuk tetap ngoas dan jaga selama bulan puasa. Sayapun harus mengurungkan niat untuk program menaikkan berat badan selama bulan puasa ini.

Hari - hari awal puasa terasa cukup berat. Jam 12an sudah mulai ngantuk, ngeleh, ngilu (mengantuk, lapar, dan pusing). Sehingga secara otomatis terjadi penurunan produktivitas karena penurunan aktivitas motorik (bradikinesia).
Meskipun pada hari biasapun yang namanya koas juga selalu "kleleran" kalo ada pasien. Gara - gara kurang asupan ini maka pasien akan tampak lebih Compos Mentis daripada koasnya (Ya, kalo aku sih). Akhirnya untuk mengakalinya saya selalu minum paling enggak 1 liter poca*i s*eat.

Awalnya saya mengira bahwa saya hanya korban iklan, tapi percaya ato tidak, It's Works.

Ya akhirnya saya rutin minum po*ari pada malam hari setelah buka puasa.

Sempet kepikiran sih buat minum RL ato NaCl 0,9% juga. cuman ya,,,,
untungnya cuman kepikiran aja belom sampai ada niat.

Sejauh ini saya fine - fine saja dan merasa lebih baik setelah minum elektrolit - elektrolit tersebut. Namun yang jadi kepikiran adalah gimana nasib ginjal saya.

Meski tidak ada bukti empiris tentang efek minuman elektrolit ke ginjal tapi tetep aja nambahi pekerjaan si ginjal.
Semoga aja si ginjal baik - baik aja dan tidak ngambek.

Dan mumpung di bulan ramadhan ini, saya ingin minta maaf dan mohon kerjasama yang baik kepada kedua partner hidup saya. Semoga sehat selalu dan tetap semangat. Ganbatte!!

Mohon maaf lahir batin ya ginjal,,,,

 

Just My Normal Day. eps 02. Saya Logorrhea

Dalam suatu kesempatan saya dapat jatah jaga di RSJ. Waktu itu pas lagi puasa dan tahu sendiri lah jam - jam 4 ato jam 5 sore itu jam - jam lemes. Badan lemes, ngantuk, pokoknya tidurable banget lah. Apalagi dini harinya bimbingan jam 1 pagi. Tahu sendiri lah bimbingan prof siapa. Pokoknya udah maksimal lah malesnya.

Nah, biar saya gak mati kebosanan ato malah jadi ngamuk - ngamuk sendiri dan langsung masuk bangsal Amarta. Akhirnya saya cuman ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon sama partner jaga. Apalagi partner jaganya beda almamater dan belum lama kenal. Jadinya bisa asal ngobrol dan masih punya banyak stok buat topik ngobrol. Mulai dari topik - topik klise semacam kuliah, kampus, puasa hingga ke topik relationship. Pokoknya apa yang ada di kepala diomongin semua. Obrolannya jadi kelihatan (banget) satu arah gitu.

Singkat cerita, waktu nyari buka di boulevard depan UNS saya didiagnosis menderita logorrhea atau banyak omong atau cerewet.
Hmm,,, baru pertama kali sih ada yang bilang kalo aku cerewet. Seringnya malah disuruh ngomong gara - gara katanya terlalu pendiam (kayaknya. hehe). Eh, dua kali deng. Waktu SMA dulu juga ada yang pernah ngatain kalo aku cerewet. Tapi itu eventual banget.

Sejatinya emang semua orang itu suka cerita sih. Ya termasuk aku, tapi kadang - kadang ragu cerita yang mau diceritain bakal menarik ato enggak. Jadi akhirnya males cerita. Padahal setiap hari kita itu sebenernya punya hal menarik yang bisa diceritain. Ya semacam ibu - ibu warung soto yang kalo ngomong mukanya deket muka kita, tukang fotokopi yang gak profesional, rejeki yang tak terduga, dan sebagainya.

Beberapa orang mungkin memilih menulis dan mengungkapkan di status FB ato twitter. Ya gak papa juga sih, namanya juga social media. social media kan emang diciptakan buat itu. Tapi gara - gara pasti muncul di news feed jadi pasti kesannya malah nyampah gitu. Apalagi yang distatusin juga gak penting ato cuman nyindir - nyindir.
Mungkin mending kalo diceritain secara utuh dalam bentuk storytelling di notes misalnya.
Ya,,,, meski isinya cuman omong kosong dan gak beinti, tapi kalo ditulis dalam bentuk cerita mungkin jadi lebih enak buat baca - baca.

Dan, itu yang mendasari saya bikin seri notes "Just My Normal Day" ini. Simpel aja sih daripada cuman logorrhea ke orang - orang.
Agak kasian sih, jadi bingung.

Just My Normal Day. eps 01.

Jadi di suatu pagi yang cerah di koperasi RSJ.

Seorang anak kecil berseragam SD berlari - lari menuju ke kulkas di koperasi. Kalau digambarkan mungkin anak itu kira - kira kelas 3 SD. Memakai seragam Sd berwarna keki, kesan gizi cukup, perawatan diri baik, dan normoaktif. Anak tersebut tampak tergesa - gesa dan sedikit uring - uringan.

"Mama, mama, mau minum,,,,,,"
"Lho, gak boleh,,, kan katanya mau puasa,,,"
"Tapi kan puasanya cuman sampai siang ma."
"Ini kan belum bedug dzuhur,,,"
"Kan tinggal bentar lagi ma.."
"Lho, jangan nanti dimarahin Mas R(lupa namanya) lho,,,,"
"Tapi haus ma,,,"
"Nanti tak bilangin Mas R lho. Katanya mau puasa,,,,,"
"Gak mau ah, adek gak mau puasa"
bla, bla, bla..................
Ibu dan anak itu pun masih lanjut uring - uringan. dan diakhiri dengan si anak ngambil Mizon* dari kulkas.

Jadi inget jaman kita kecil gitu gak sih. Jaman - jaman latihan puasa gitu. Pasti ada kan yang namanya puasa bedug, puasa manuk(burung - bahasa jawa). buat latihan puasa gitu. Ikut sahur bareng keluarga tapi buka puasanya pas bedug dzuhur. Terus kalo udah jam 10 - 11 pagi itu biasanya udah lemes sama ngeluh. Udah kayak mau mati lah pokoknya. Tapi waktu buka,,,, wuih,,,,,. Gila, segernya minta ampun dah,,
Cesss,,,,, sensasi air yang membasahi tenggorokan.