Penyakit paru lingkungan adalah berbagai jenis penyakit paru yang terjadi akibat individu - individu yang hidup di area lingkungan tertentu dan menghirup udara yang sudah tercemari oleh bahan - bahan yang berbahaya bagi kesehatan (beberapa macam gas, partikel, bahan - bahan toksis, berbagai macam debu dan sebagainya). Lingkungan tertentu tadi termasuk tempat kerja bagi para pekerja suatu pabrik dimana pabrik tersebut mengeluarkan bahan - bahan yang mencemari lingkungan kerja. Penyakit paru tertentu dan mempunyai ciri dimana penyakit tersebut mengalami eksaserbasi atau memberat saat individu berada di tempat kerja dan berkurang atau hilang saat meninggalkan tempat kerja disebut penyakit paru kerja. Misalnya, serangan asma bronkial selalu timbul saat individu berada di tempat kerja dan hilang (berkurang) setelah meninggalkan tempat tersebut disebut asma kerja (occupational asthma).
Respons paru terhadap pencemaran udara napas tadi bervariasi karena ada berbagai faktor (risiko) ikut berpengaruh. Demikian pula perjalanan penyakit maupun kelainan fisik yang terjadi juga bervariasi tergantung beberapa faktor.
Beberapa faktor determinan etiologi dari penyakit paru lingkungan antara lain:
1. Jenis Polutan ( gas, asap, debu inorganik dan anorganik, bahan toksis dan sebagainya)
2. Intensitas dan lamanya paparan.
3. Konsentrasi bahan polutan di udara lingkungan/ tempat kerja
Kelainan fisis paru yang dijumpai pada pemeriksaan fisik pasien adalah bervariasi, mengingat perubahan fisis individu terpapar debu inorganik dapat bervariasi. Hal ini jelas karena debu inorganik yang dikeluarkan oleh suatu pabrik suatu saat dapat bermacam - macam komposisinya. Kelainan fisik yang sering dijumpai misalnya:
1. Suara mengi, ekspirasi diperpanjang, ronki kering menggambarkan adanya obstruksi saluran nafas.
2. Ronki basah, batuk dan demam, menggambarkan adanya infiltrat (pneumonia/ pneumonitis).
3. Keredupan sebagian toraks, restraksi interkosta, suara napas mengurang, mungkin terdapat fibrosis paru.
Penyakit paru lingkungan yang disebabkan oleh inhalasi kronis debu inorganik ataupun bahan - bahan partikel yang berasal dari udara lingkungan atau tempat kerja disebut pneumokoniasis. Yang menimbulkan pneumokoniosis kebanyakan adalah debu asbes, silika, batu - bara, berilium, bauksit, besi/ baja dan lain - lain. Sesudah debu inorganik dan bahan partikel terinhalasi akan melekat pada permukaan mukosa saluran nafas karena tempat tersebut basah sehingga mudah ditempeli debu.
Pada awalnya paru memberikan respons berupa inflamasi dan fagositosis terhadap debu oleh makrofag alveolus. Makrofag memfagositosis debu dan membawa partikel debu ke bronkiolus terminalis. Di situ dengan gerak mukosiliar debu diusahakan keluar dari paru. Sebagian partikel debu diangkut ke pembuluh limfe sampai limfonodi regional di hilus paru. Bila paparan debu banyak, dimana gerak mukosiliar sudah tidak mampu bekerja, maka debu/ partikel akan tertumpuk di permukaan mukosa saluran nafas. Hingga akhirnya partikel debu akan tersusun membentuk anyaman kolagen dan fibrin. Hal tersebut akan menyebabkan saluran nafas menjadi kaku dan compliance paru akan menurun. Sesudah terjadi pneumokoniosis (paparan debu sudah hilang) maka fibrosis paru yang sudah terjadi tidak dapat hilang.
Debu silika mempunyai sifat yang lain. Debu silika yang terhirup udara nafas sampai di mukosa saluran nafas yang terfagositosis oleh makrofag tadi dapat memberikan efek toksis. Makrofag selanjutnya akan mengalami disintegrasi dan mengeluarkan bahan - bahan kimia yang dapat mengaktifkan makrofag yang lain. Bila makrofag baru (aktif) dan memfagositosis partikel debu silika, dia akan mengalami proses serupa dan seterusnya. Karena makrofag banyak rusak, menyebabkan daya tahan individu berkurang, dan mungkin inilah yang menyebabkan pasien silikosis mudah terinfeksi kuman tuberkulosis dan terbentuk siliko-tuberkulosis.
Beberapa partikel debu (asbes, silika, batu - bara) mempunyai kemampuan menembus interstisium. Dengan lanjutnya penyakit, alveolus dan kapiler paru yang berdekatan menjadi rusak dan diganti fibrosis atau struktur seperti kista. Beberapa kista yang terbentuk, masing - masing berdiameter 1 cm, membentuk bangunan seperti sarang lebah. Pada kasus berat dan umumnya yang terjadi seperti asbestosis terjadi penebalan fibrotik dan kalsifikasi pleura membentuk fibrocalcific pleural plaques. Kelainan patologis ini sering juga mengenai diafragma. Beberapa bahan iritan dalam lingkungan ada pula yang bersifat karsinogenik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pneumokoniosis menimbulkan penyakit paru restriktif. Oleh karena debu inorganik dan bahan - bahan partikel dapat tertumpuk di saluran nafas kecil dan dapat menimbulkan imflamasi kronis atau pembengkakan mala dapat terjadi obstruksi bronkus atau timbul penyakit paru obstruktif. Dapat pula pada suatu kasus pneumokoniosis terdapat kombinasi kelainan obstruktif dan restriktif.
Sumber : Ilmu Penyakit Dalam FKUI, PAPDI