Kata evaluasi sudah sering kita dengar. Bahkan sejak duduk di bangku SD dengan seragam putih merah dan tas gendong. Biasanya berkorelasi erat dengan Ulangan, THB, UUB maupun ujian catur wulan. Hayo, masih ingat istilah "catur wulan" gak?
Atau jaman - jaman masih ngerjain LKS. Pasti di halaman belakangnya ada bagian Evaluasi. Kalau waktu saya SD(SD saya di jogja) LKS yang terkenal tu namanya "ULTRA". Itu bagus banget dari bobot ma cara njelasinnya.
Nah, sejak dulu kita terajarkan untuk selalu di evaluasi oleh guru/ orang tua kita. Misal ada PR atau ulangan matematika yang ngoreksi guru/ ortu kita. Jadi terkesan bahwa orang yang berhak untuk mengevaluasi hasil kegiatan "hanya"lah orang - orang yang lebih tua, lebih bijak, atau lebih tahu dari diri kita.
Untuk konteks akademis saya rasa tidak masalah. Memang mereka yang lebih tahu dan yang bertanggung jawab atas pembelajaran kita.
Tapi, pernahkah anda bertanya, " Bagaimana seandainya kita sendiri yang mengevaluasi diri kita sendiri ?"
Hal inilah yang ingin saya bahas disini.
Melakukan evaluasi diri bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibilang gampang karena sejatinya kita sering melakukannya. Dibilang susah karena kita jarang sekali menyadarinya. Padahal jika kita bisa membuat evaluasi diri ini menjadi sesuatu yang berkesinambungan bukan tidak mungkin produktivitas kita bisa meningkat hingga berkali - kali lipat.
Secara garis besar kegiatan evaluasi terdiri dari review dan pembandingan. Review adalah kegiatan melihat kembali suatu kejadian. Pembandingan adalah kegiatan membandingkan kondisi ideal/ kondisi yang benar dengan kondisi yang ada.
Mari kita ambil contoh kegiatan seorang guru yang mengevaluasi/ mengoreksi ujian muridnya. Yang pertama kali dilakukan oleh sang guru tentu saja adalah melihat kembali hasil pekerjaan muridnya. Nomor demi nomor, soal demi soal. Kemudian beliau membandingkan antara jawaban yang benar dengan jawaban muridnya. Dari situ beliau bisa tahu tingkat kompetensi muridnya.
Dengan begitu kita bisa tahu point - point dari pekerjaan kita yang perlu diperbaiki.
Tetapi akan terasa kurang imbang jika kita hanya melihat dari kekurangan saja. Oleh karena itu dalam langkah mengevaluasi diri kita perlu menambah satu lagi. Yaitu pembelajaran.
Pembelajaran inilah yang akan menjadikan langkah evaluasi diri ini akan jauh menambah produktivitas kita. Jadi setelah me review kegiatan yang kita lakukan, akan lebih baik jika kita juga mencari pembelajaran apa saja yang bisa kita ambil. Sesimpel dan semudah itu sebenarnya. Dan akan lebih baik lagi jika anda konsisten melakukannya. Evaluasi memang dimaksudkan agar kita tetap "Keep on the track". Sehingga ke evaluasi akan menjadi lebih efektif kalau dilakukan dalam fokus yang lebih kecil tapi konsisten. Evaluasi yang dilakukan tiap hari akan lebih efektif daripada evaluasi yang dilakukan tiap minggu. Untuk penjelasan lebih lanjut akan saya jelaskan di notes selanjutnya. *Supaya tidak terlalu mbleber kemana - mana. ^^
Kemudian, kenapa diri kita sendiri yang harus melakukan evaluasi ?
Ya, karena yang paling tahu permasalahan dan kondisinya adalah diri kita sendiri. Dan solusi terbaik tentu saja dari diri kita. Manfaat lainnya adalah agar kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari suatu kejadian dalam hidup kita. Bisa juga agar kita tetap bersyukur jika mendapat nikmat.
Melakukan evaluasi secara teratur membuat kita bisa tetap bersyukur dan mengambil banyak pelajaran jika mendapat suatu masalah atau musibah. Kita juga terhindar dari sifat sombong dan takabur saat mendapat sebuah nikmat yang tak diduga. Dengan melihat kembali sebuah permasalahan tentu saja akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tindakan kita dan apa yang akan kita lakukan.
Melakukan evaluasi diri juga akan sangat membantu kita bertindak sesuai dengan kondisi yang ada. Seperti yang kita tahu bahwa ketika kita mengevaluasi diri kita sendiri kita akan mengambil sudut pandang orang ketiga. Artinya, kita melihat secara objektif tindakan apa yang sudah kita lakukan. Dengan begitu kita bisa lebih bijak dalam melihat suatu permasalahan yang kita alami. Tanpa ada perasaan gengsi, emosi, takut, atau semacamnya.
Contoh kasusnya seperti ini :
Ini kisah saya sendiri mungkin sekitar setahun yang lalu. Cukup bagus untuk dijadikan pembelajaran.
Jadi, waktu itu saya ditugasi untuk menjadi layouter majalah kampus. Tetapi karena memang jumlah orang yang bisa me-layout itu sedikit maka pekerjaan tersebut memakan waktu yang lama. Kemudian saya mengajak/ minta bantuan dari beberapa teman saya. Bahkan mereka sampai rela menginap di kampus. Tapi karena waktu itu saya tidak memberi arahan yang jelas akhirnya mereka hanya main game saja semalaman. Dan saya tetap mengerjakan semua pekerjaan itu sendiri. Bahkan hingga jam 5 pagi.
Waktu itu saya merasa cukup kesal karena teman - teman saya tidak peduli. Meski saya juga menyadari mereka sebenarnya sangat ingin membantu tapi bingung apa yang harus dilakukan. Akhirnya saya merasa mengerjakan pekerjaan itu sendirian dan malah capek sendiri.
Itu dulu,,,,
tapi setelah saya melakukan evaluasi terhadap diri saya sendiri, akhirnya saya mendapat gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan tersebut. Kalau dilihat secara objektif sebenarnya banyak hal yang bisa diperbaiki dari diri saya terlebih dahulu. Dengan kemampuan layout yang cukup lumayan (Pada jaman itu,,,) akan lebih baik jika sebelum saya menerima pekerjaan layout tersebut saya mengajari beberapa orang terlebih dahulu. Kemudian saya juga bisa meminta untuk dibuatkan tim khusus yang akan berkonsentrasi di bidang layouting. Sehingga beban pekerjaan tidak terlalu berat. Dan juga jangan terlalu idealis dan sombong bahwa kita bisa melakukan semuanya sendiri. Mengkomunikasikan dengan orang lain akan sangat membantu karena akan membuka peluang saya untuk mendapat bantuan teknis. Jadi kita bisa mengerjakan pekerjaan layout tersebut bareng - bareng dan mungkin bisa main game bareng juga.
Intinya adalah, dengan kita mengevaluasi diri kita sendiri akan membuat persepsi yang jauh lebih baik tentang suatu permasalahan. Karena solusi yang terbaik tentu saja berasal dari diri kita sendiri. Logikanya, bagaimana kita bisa menghakimi atau mengevaluasi orang lain jika kita sendiri tidak bisa atau terlalu sombong untuk mengakui kekurangan dan belajar dari tindakan kita sendiri. Lagipula manusia memang tidak ada yang sempurna dan karena itulah manusia bisa belajar dan mengembangkan diri dengan ketidaksempurnaannya. Saya sendiri juga masih banyak belajar untuk bisa mengenali diri sendiri kok. ^^
Dan tentu saja,,,, dengan mengevaluasi diri kita sendiri akan membuat kita menjadi jauh lebih SADAR SESADAR - SADARNYA.
SALAM SADAR!!